Friday, February 19, 2010

11 hari traveling ke Washington dan New York

(bp menghadiri pertemuan ampl)

  Bepergian pada bulan Februari baik ke Amerika maupun belahan bumi utara yang bermusim 4 sebetulnya bukan waktu yang tepat, tapi apa mau dikata wong dapat undangan gratis ya iyalah mau aja,  tepat tanggal 17 Februari 2008 penulis dan 9 orang lainnya yang terdiri dari utusan Bappenas 2, Depdagri 2, Dep.PU 3, Perpamsi (persatuan PAM seluruh Indonesia) 2, Lembaga Donor 1 berangkat dari Cengkareng menuju Tokyo dengan maskapai penerbangan nasional kesayangan kita Garuda, dan dari Tokyo ke Washington dengan American Airline (AA salah satu penerbangan Amerika yang cukup terkenal dan melanglang buana kemana-mana tapi gak ada yang  ke Jakarta kenapa ya?).

Tujuan utama kami adalah menghadiri "sustainable week" yang membahas semua permasalahan air minum dan sanitasi diseluruh negara yang  bekerjasama dengan lembaga donor tersebut, yang dibahas mulai dari; kondisi eksisting, problematika dan kendala, langkah kedepan, pencapaian target MDG (millennium development goals), termasuk KPS (kejasama pemerintah swasta) serta hal2 teknis dan non teknis lainnya.

Sampai di bandara Narita untuk transit, masih harus lama tunggu pesawat yang akan mengangkut kami, jadilah rombongan mencar-mencar ada yang cari ganjelan perut, ada yang mau ngopi, ada yang sekedar jalan-jalan sekitar bandara, penulis yang cukup lelah  setelah 8 jam penerbangan dari Cengkareng, cari tempat  untuk mandi didalam bandara yang  mesti  bayar dulu Rp. 50 ribuan untuk fasilitas mandi air panas, dapat sabun cair merangkap sampo, kalau mau nambah sambil leyeh-leyeh dikasur empuk ya nambah lagi bayarannya, selesai mandi badan seger, waduh makjos tenan baru cari kopi decafe plus cemilan.

 Penerbangan Tokyo-Washington cukup lumayan lamanya dengan jarak yang lumayan jauhnya  sekitar 6.781 miles atau 10.913 Km (kurang lebih sama dengan jarak Jakarta-Surabaya 11 kali), sore hari kami  mendarat di Washington dan setelah ngantri di counter imigrasi cek dan cap paspor, di atas meja counter ada kamera, dan setiap orang dengan paspor hijau pasti difoto dulu, sambil nyeletuk iseng penulis nanya;"paklik kok saya gak difoto?" jawaban petugas; "lha  paspor sampeyan kan biru, pns dan tamu kami ya,  kami istimewakan" he he he (baru sadar kalau ada gunanya punya  paspor biru).

Giliran pas mau keluar petugas bea cukai nanya, "mas barangmu mana?", "lha saya cuma bawa ini tas gemblok dan koper kecil", sambil ngerinyit alisnya mungkin dalam hati dia bertanya, yang lain bawa barang-barang segede gajah kok orang ini bawa barang sedikit banget.

Akhirnya kami keluar nyari taksi menuju  Melrose Hotel, yang beralamat di  Pensylvania Avenue  2430 Washington DC (www.melrosehotelwas hingtondc. com), hotel ini walaupun sudah berumur tapi cukup bergengsi pula dan tarifnya cukup ngrogoh kocek dari mulai US$ 200/malam keatas, tapi karena sudah dibayarin orang yang terima saja,  mas Sopir taksi  kami yang Afroamerica sambil ngobrolin ramenya pemilihan presiden Amerika, dan dia  njagoin Obama sambil mengulas sedikit sepak terjang Obama dan bagaimana dia dapat dukungan masyarakat luas dan ternyata memang akhirnya dia menang dan jadi Presiden Amerika pertama yang berdarah campuran Afrika (penulis sempat beli kaos kampanyenya di Potomac Mills) dan yang terang pada masa kecilnya (umur sepuluhan tahun) pernah hidup di bumi pertiwi yang kita cintai dan bernama Indonesia ini, kita patut bangga jadi bangsa ini.

 
 

Selesai bayar taksi sekitar $60 (berempat ya termasuk sedang ongkosnya mengingat jauhnya jarak dari bandara dan berempat lagi), kami langsung check-in masuk kamar terus leyeh-leyeh hampir keblabasan tidur, malamnya ada welcome party dari pengundang, disuguhi minum wine, bir, cola, jus jeruk serta berbagai nyamikan kecil. Dasar perut Indo selesai acara basa-basi,  rombongan segera keluar cari nasi untuk makan malam, kami menuju kawasan Georgetown yang tidak terlalu jauh dari hotel kami, sampailah di Restoran Thailand langsung pesan nasi dan berjenis lauk yang mirip dengan masakan Indo, maknyus tenan masakannya bagaikan masakan bunda.

Pulang dari restoran ada yang berminat raun-raun , tapi mengingat angin dingin  bulan Februari yang kurang bersahabat, penulis langsung masuk kamar guher wes ewes ewes bablas ngoroknya.

Pagi hari tanggal 19 Februari 2008  udara masih terasa dingin tapi masih dibawah 10*C walaupun dingin tapi gak ada salju, hanya genangan air saja yang membatu jadi es dibeberapa tempat, tidak seperti kondisi Februari 2010 sekarang ini  yang saljunya hampir rata turun diseluruh USA sehingga dijuluki United State of Snow, kejadian ini merupakan cuaca terburuk di USA sampai saat ini,  kami jalan kaki cepat  diselingi lari kecil sambil olahraga ngilangin sebagian lemak yang lumayan cukup jauh jaraknya antara hotel kegedung pertemuan, namun sebelumnya perlu difoto dulu dibuatkan pas masuk (semacam ID Card), waduh waktu mau masuk ruangan sudah penuh sesak, jadi ya kebagian ngikuti jalannya acara lewat layar tv yang disediakan panitia diluar ruangan.

Tiba makan siang kami dijamu tuan rumah dengan menu ala eropah yang makneg ngenyangin perut, dan acara siangnya ada diskusi kecil bersama. Sebagian dari kami sudah punya agenda masing-masing, kami berempat berhasil memanfaatkan waktu sore naik kereta pergi ke "Potomac Mills" yaitu sorga belanja murah meriah, dipinggiran kota Washington semacam kumpulan outlet yang besarnya ngudubilah segala ada sampai foodcourtnya juga tersedia  ternyata ketemu orang Indo yang jualan makanan disana.  Wah semua orang belanja kalap bagai "kesurupan" he he he  habis semua yang dicari ada dengan harga yang murah, jadi mesti hati-hati atur strategi dan nafsu blanjanya. Penulis pertama cari pesanan anak-istri baru urusan teman yang titip celana "docker" yang terkenal kekuatannya, penulis sudah membuktikan celana panjang yang penulis pakai ada yang sudah usianya belasan tahun masih enak dipakai dan sekalian nyari oleh-oleh buat teman-teman sekantor, pas waktu asyik belanja tiba-tiba  salju turun diluar,  penulis yang gak sempat bawa baju hangat segera cari ke bagian baju hangat sekalian cari syal, sarung tangan, jadilah punya perlengkapan siap tempur sekarang.

Pulang dari Potomac Mills bagaikan rombongan pengungsi setiap orang asyik dengan bondolannya, naik taksi ke stasiun kereta terus sambung menuju Foggy Bottom GWU (George Washington University) dari sana jalan kaki gak terlalu jauh ke Melrose Hotel. Biasa penulis sampai dikamar langsung beberes oleh-oleh, dan segera keluar itu tas lipat yang selama ini jadi cadangan.

Malamnya  ada acara jamuan makan malam di Restorant Italy dengan menu utama pasta yang hemm rasa tomat dan pedesnya cukup menggigit  lumayan untuk mengganjel dan manasin perut dimusim yang masih cukup dingin ini,  pulangnya  penulis masih sempat ke Barness & Noble Bookstore di Georgetown untuk cari buku potografi buat sendiri dan buku "Capoeira"  titipan si bungsu, maklum buku capoeira sangat susah dan langka kita dapatkan di Indo termasuk di Kinokuniya Takashimaya Singapore sekalipun, dan yang cukup menyenangkan disetiap toko buku disana dilantai atasnya ada Starbuck Cafe jadi bisa sekalian pesen decafe americano kesayangan cukup gelas kecil saja.Pulang dari Barness & Noble Bookstore langsung  gosok gigi cuci kaki dan sempat "ngisa" dulu baru bobok nyenyak kecapaian.

Pagi berikutnya setelah sarapan langsung menghadiri salah satu sesi yang membahas "kps" (kerjasama pemerintah swasta) dengan beberapa pembicara dari Amerika Latin dengan kisah sukses storinya, namun disayangkan waktu sangat terbatas sehingga acara diskusi hampir-hampir tidak ada, walaupun banyak peserta yang angkat tangan maaf gak dilayani. Sambil menuju gedung pertemuan berikutnya, saya menyempatkan ke Bordess Bookstore (Barness & Noble dan Bordess Bookstore adalah  salah satu toko yang besar dan punya cabang hampir dikota-kota besar dunia.

Siang dan sorenya setelah kami makan siang di kantin yang cukup wah buat saya, sempat ketemu suami istri dari Indo yang sudah beberapa tahun kerja di Washington, dari obrolan banyak informasi penting yang kami peroleh darinya, selanjutnya kami ada pertemuan merumuskan strategi apa yang kiranya cocok untuk memecahkan beberapa permasalah yang ada, dan seterusnya urusan tetek bengek dan teknis lainnya.

Sepulangnya masih ada waktu buat jalan-jalan ke "Pentagon Mall" itu lho mall-nya para soldat Amerika sehingga pating sliweran tentara dengan seragam yang macam-macam, ada putih, coklat, loreng, hijau dari tentara yang kulit putih, hitam, setengah hitam, dan kuning serta pria wanitanya dari yang gagah tegap cuantik sampai yang culunpun kelihatan disana he he he. O iya jarak antara Pentagon Mall cukup mudah untuk dicapai dari Stasiun Foggy Bottom GWU dekat hotel penulis. Saya sempat ketemu penjaga toko yang berasal dari Indo yang jualan sovenir, karena penulis beli beberapa item, dengan bisik-bisik dia berkata nih saya kasih hadiah ya, tapi  jangan bilang-bilang sama boss nanti saya diomelin, ok deh kalau begitu. Malemnya masih kelayabancari makanan ringan dan coklat titipan anak tersayang.

Pagi berikutnya sebagian rombongan pulang langsung ke Indo sedangkan penulis menemani rekan yang belum pernah ke New York besoknya mau kesana, dan jujur penulis juga kangen dengan hiruk pikuknya kota NY yang ngangeni itu, taksi-taksi kunig dan suara sirene mobil polisinya itu lho, tapi kami berdua masih punya waktu tambahan stay 1 malam di Washington, tapi  kami harus  check-out dan pindah ke Hotel Holiday Inn yang tidak begitu jauh dari hotel lama kami dan juga murahan taripnya, waktu check-in ada sedikit rewel mas item petugas resepsionisnya, biasa nganggap kita orang kaya mau diakalin alesan belum ada daftarlah etc, tapi dengan ngotot akhirnya semua beres.

Beres urusan check-in hotel kami berdua langsung nglayap bayar utang kemarin-kemarin yang gak sempat jalan-jalan lha wong jalannya cuma curi-curi waktu sambilan  (kebangeten ya kok gak dialokasikan waktu buat jalan), atur napas dulu, atur strategi mau kemana dan rutenya bagaimana, yang jelas buat teman no 1 ya lihat gedung putih yang waktu itu masih kelihatan sepi mungkin cuaca masih dingin, duduk-duduk ditaman depan White House sambil foto-foto setelah puas jalan lewatin Capitol Hill, jalan terus nglemesin kaki tak terasa sudah waktunya makan siang, buka peta sambil cari tempat makan yang dekat  keterangan mbakyu penjaga Botanic Garden tetangga gedung Voice of America yang warta beritanya selalu penulis dengar lewat radio FM kesayangan , dia bilang itu lho didalam Indian American Museum ada tempat makan enak, jalanlah kami kesana, dan ternyata betul-betul top markotop dan maknyus makanannya, menu Indian modifikasi, saya makan semur sapi dengan kentang rebusnya dan minum coklat susu panas yang diberi ramuan wangi-wangian Indian, wah puas lengerlenger kekenyangan.

 
 

Musium Indian itu sendiri sebenarnya menarik, dengan banyaknya jumlah koleksi yang dipamerkannya dari jaman jadul sampai sekarang, namun kami kejar-kejaran dengan waktu gak sempat lama-lama disini, yang aneh bagi penulis; lha kok gak ada orang Indiannya, mulai petugas masuk, oom-oom kulit putih, mas Satpam ya wong item, sampai mbak-mbak yang jaga kasir dan mbakyu kulit putih hispanik dan eroupian  dan item yang nglayani makana, kemana ya mereka?.

Selanjutnya kami menuju Lincoln Memorial berhubung perut kenyang sedikit malas jalan ya tunggu taksi aja, sampai disana penulis selalu kagum apalagi pada saat kita mulai naik tangga kelantai atas, dengan arsitektur yang wah, pilar depan yang gigantik dan patung mbah Lincoln yang anggun dan berwibawa, cocoklah kalau setiap Presiden USA baru pasti dilantik disini, dan sampai sekarang masih banyak karangan bunga yang bertebaran dibawah patungnya yang dikirim pengunjung. Tak puas rasanya memandangi dan foto-foto entah berapa puluh kali jepretan (untungnya sudah ada kamera digital) sambil berdesakan dengan pengunjung cari angel yang pas.

Puas dari Lincoln Memorial kami berdua masih sempat jalan-jalan  ke  Korean War Veterans Memorial, itu tanda peringatan korban perang tersebut, jalan sekitar kawasan ini serasa ada keheningan, sambil kita masing-masing menerawang betapa banyaknya manusia yang jadi korban nafsu angkara murka manusia lainnya. Kami masih berada sekitar kawasan ini dimana dideatnya terdapat kolam yang cukup luas membuat kita lebih keluasa mengabadikan pemandangan sekitarnya, tapi walaupun kelihatan sepi tidak terlalu banyak pengunjung tapi polisi mbak item yang berkuda keliling selalu menegur kalau ada barang/tas yang sebentar aja ditinggal pemiliknya, hal inipun terjadi dengan penulis, maklum biar kelihatan keren kami buka baju dingin, lepas topi lepas ransel dan bergaya sebentar, eh ternyata sudah ditegur gak boleh lama-lama ninggalin barang.

Sudah puas dan lagi kaki sudah mulai gempor kami jalan pelan-pelan lewat Jembatan Sungai Potomac menuju Arlington Cemetery (Taman Makam Pahlawan Amerika) dari stasiun metro Arlington kami masih mampir ke Pentagon Mall cari oleh2 kecil sambil ganjelan makan sore, angkutan yangpraktis dan murah selama di Washington ya Metro dengan tarif mulai dari US$ 1.20 sampai terjauh US $ 3.90, perut mulai nagih nasi akibat kecapaian muter-muter, saya pilih nasih plus ikan goreng dan minum jus apel, dengan harga sekitar US $ 9 sudah puas wareg tenan, dari sana kami sempat kesasar-sasar nyari hotel berhubung hari sudah mulai gelap, akhirnya setengah teler kami sampai di hotel langsung istirahat mengingat besoknya masih harus ke New York.

Paginya via Ronald Reagen Washington National Airport kami menuju JFK Airport NY, sebelumnya ada peristiwa yang konyol waktu petugas ngecek boardingpass gak dikembalikan ke penulis, untung ada firasat sehingga belum pergi jauh saya sempat kembali ke si-petugas konyol tadi untuk ngambil boardingpass saya, dan yang bikin keki dia  pura-pura bego gak merasa bersalah (atau memang mau ngerjain gak tahu?), bisa dibayangin apa jadinya kalau boerdingpass hilang?. Masih ada masalah lain yaitu antara check-in counter dan gate pesawat kok ya jauh banget, weladalah jalannya sampai ngos-ngosan takut ketelatan.

Begitu mendarat dei JFK Airport kami tidak cari taksi yang pastinya lebih mahal, kami cari mobil patungan yang isi sekitar 8 orang (pick up point di Airport)  tarif sekitar US $ 15/penumpang langsung diantar kehotel. Berhubung waktu di NY sangat sempit kami harus bergegas kalau mau jalan-jalan, syukur lokasi hotel ditengah kota dekat prapatan Hard Rock Cafe NY jalan kaki sebentar sudah ada di Fifth Avenue, dari sana kami naik metro ke Manhatan rencananya mau lihat Patung Liberty dari dekat, eh ndilalah kami sempat terkunci berdua di metro he he he sempet panik gedor-gedor pintu untuk ada kondektur pakde item yang nolongin, dari situ juga salah naik ferry, ya lagi apes cukup lihat liberty dari kejauhan, hari mulai gelap langsung jalan-jalan sekitar Broadway yang ngangeni itu lihat hiruk pikuknya manusia seliweran dan pemandangan taksi-taksi kuningnya, kami sempat ke Macy Department Store (terbesar didunia klaim mereka) dengan elevator kayunya yang antik itu sungguh menawan.

Subuh-subuh kami harus sudah menuju JFK lagi dengan AA transit di Swarnabhumi Airport Bangkok untuk menuju kota tercinta Jakarta, gempor-gempor deh badan rasanya 11 hari muter terus gak ada berhentinya. (bp)

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

No comments:

Post a Comment